Selamat Datang

Rabu, 09 Juni 2010

MENGANALISIS NOVEL ATAU CERPEN

(untuk Pelajar SMP)

Dalam menganalisis novel atau cerpen, baik asli Indonesia maupun terjemahan, tidak perlu mengeriutkan kening karena memang tidak sulit. Syaratnya hanya mau membaca bukunya. Bagi yang rajin membaca, tentu saja membaca sebuah buku cerita merupakan keasikan tersendiri, terlebih jika tugas membaca buku cerita tersebut diberi kebebasan memilih bukunya. Sebaliknya, bagi siswa yang kurang suka membaca, tugas yang diberikan guru Bahasa Indonesia ini akan menjadi beban berat. Bisa jadi sebuah novel yang tebalnya di bawah 300 halaman akan selesai dibaca berbulan-bulan. Alangkah mengenaskan kondisi pelajar di negeri ini jika demikian.
Dalam wacana ini tentu saya tidak akan membahas soal kemalasan pelajar dalam membaca karena itu soal selera dan dampaknya hanya si pelajar itu sendiri yang merasakannya. Yang akan dikupas dalam Menganalisis novel atau cerpen ini adalah masalah pembelajarannya. Mengapa? Karena jika hal ini diketahui para pelajar, diharapkan hasil belajarnya dapat mencapai nilai maksimal.


Dalam kegiatan pembelajaran menganalisis novel atau cerpen (kadang-kadang Bapak/Ibu Gurumu menyebutnya mengapresiasi karya fiksi) aspek yang dibahas ada 2 (dua) yaitu: unsur ekstrinsik, dan unsur intrinsik. Dari kedua unsur tersebut, kegiatan pembelajaran lebih cenderung pada unsur intrinsik sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar (KD). Adapun yang termasuk dalam unsur intrinsik adalah:

1. Tema/topik/gagasan utama, adalah sesuau yang menjiwai seluruh isi cerita. Tapi percayalah... bahwa dalam evaluasi pembelajaran definisi tidak akan ditanyakan. Yang penting kalian tahu hal apa yang diceritakan dalam novel tersebut. Untuk mengarah ke sana, pertanyaan yang paling tepat adalah,"Masalah apakah yang diceritakan dalam novel tersebut?"
Sedangkan bagi pemula yang ingin menulis prosa, sumber tema itu macam-macam, namun jika dikelompokkan akan menjadi 4 macam, yaitu: khayalan, pengalaman, pengamatan, dan opini/pendapat.

2. Amanat, adalah pesan yang disampaikan penulis melalui karyanya (baca: novel atau cerpen!). dalam sebuah cerita amanat yang disampaikan oleh penulis tentunya banyak. jadi bisa saja amanat itu muncul dari tiap kutipan secara tersurat atau secara tersirat.
Misalnya:

"Pak, tolong tidak merokok di lingkungan ini! Kasihan saudara-saudara kita yang tidak merokok,"dengan senyum Mas Anwar memohon pada Susilo yang begitu nyaman menikmati rokoknya di teras masjid sebelum Sholat Dzuhur dilakukan.
"Ah, Pak Anwar, merokok saja harus diatur." sergah Susilo sambil melemparkan rokoknya yang masih membara ke kecomberan.


Amanat yang terdapat dalam kutipan cerita tersebut adalah, para perokok harus memperhatikan kesehatan orang lain. jangan merugikan orang-orang di sekitarnya.

3. Latar/seting, adalah tempat, waktu, suasana (lahir-batin) situasi suatu peristiwa dalam cerita. Coba perhatikan penggalan peristiwa pada contoh di atas! Latar peristiwa itu adalah: di (teras) mesjid, siang hari, dalam suasana santai.

4. Penokohan, adalah gambaran tokoh yang ditampilkan penulis sebagai media penyampai pesan dengan cara menciptakan tokoh-tokoh yang mendukung pesan (protagonis), yang menentang pesan (antagonis), maupun yang berperan sebagai tokoh penengah (tritagonis).
Coba tunjukkan dalam penggalan cerita di atas yang berperan protagonis dan antagonis! Tahu kan? Kalau tidak tahu silakan telepon ke 911! Hehehe!

5, Perwatakan, sebenarnya perwatakan sama saja dengan membicarakan tokoh juga, hanya saja dalam perwatakan kupasan tokoh ditujukan untuk menguraikan bagaimana sih, watak tokoh tersebut? Apakah penyayang, tanggung jawab, jujur, pembohong, pembangkang, penakut dan sebagainya, tujuannya untuk mengetahui apakah watak tokoh tersebut mendukung isi cerita atau tidak. Bagaimana watak Anwar dan Susilo dalam penggalan cerita tersebut?
Perwatakan dilukiskan oleh penulis dengan berbagai cara:
a. melalui penggambaran fisik atau penampilan tokoh secara umum.
b. melalui reaksinya terhadap suatu persoalan yang ada dalam cerita.
c. melalui gaya bicaranya atau tingkah lakunya.
d. melalui pembicaraan tokoh lain.
e. melalui penampilan lingkungannya seperti tempat tinggalnya, tempat kerjanya, dsb.
f. melalui paparan penulis secara langsung tentang watak tokoh ceritanya.

6. Konflik, adalah benturan kepentingan atau harapan dalam cerita yang menimbulkan masalah bagi tokoh-tokohnya. Konflik merupakan pokok persoalan yang disampaikan oleh penulis denga teknik yang cerdas sehingga cerita menjadi menarik. Konflik bisa berupa:
a. konflik fisik/ragawi, adalah maalah yang menyangkut masalah raga/fisik. Misalnya, si tokoh terpaksa tidak menepati janji karena kakinya bengkak setelah terkilir.
b. konflik batin/rohaniah, adalah masalah yang dirasakan dalam hati si tokoh namun tidak diketahui tokoh lain. Misalnya merasa cemburu, jatuh cinta, sedih, dan lain-lain.
c. konflik sosial, adalah masalah akibat benturan kepentingan atau pandangan dalam hubungan sosial si tokoh dengan tokoh lain.
d. konflik alamiah, adalah masalah yang disebabkan oleh musibah, bencana alam, atau kondisi alam yang menghambat atau menjadi masalah bagi si tokoh.
Dalam penggalan cerita di atas, terdapat konflik sosial antara Pak Anwar dengan Susilo.

7. Sudut Pandang Pengarang, adalah cara penulis memosisikan diri terhadap cerita yang ditulisnya, apakah sebagai pelaku (orang I) atau sebagai pencerita/penonton (orang III). Pada penggalan cerita di atas, penulis memosisikan diri sebagai pencerita/penonton (orang III). Sudut Pandang pengarang dibagi menjadi:
a. Orang I pelaku utama
b. orang I pelaku sampingan
c. orang III serbatahu
d. orang III tidak serbatahu (pengamat)

8. Alur/plot, adalah jalan cerita yang terikat oleh waktu. Jalan cerita biasanya terdiri atas pengenalan, pertikaian, dan penyelesaian. Penulis tidak selalu mengawali ceritanya dengan pengenalan, bisa jadi dia mengawali ceritanya dengan penyelesaian, artinya masalah sudah diselesaikan baik secara menyedihkan, atau menggembirakan karena waktu dalam cerita bisa diurut sesuka penulisnya selama cerita tersebut jelas mana sebab dan mana akibat. Alur dibagi menjadi:
a. alur maju
b. alur mundur
c. alur campuran

9. Nilai kehidupan, adalah makna-makna baik tersirat maupun tersurat yang bisa diambil oleh pembaca yang dapat diterapkan dalam tingkah lakunya atau diyakini sebagai suatu nasehat, pendidikan terhadap perbaikan akhlak. Memang dalam membaca cerita baik novel ataupun cerpen ada 2 motivasi: 1, untuk dianalisis, dan 2. sebagai media rekreasi.
Tujuan menganalisis biasanya dilakukan oleh mereka yang akan mempelajari unsur-unsur cerita baik intrinsik maupun ekstrinsiknya, dan yang memiliki keinginan untuk menjadi penulis cerita. Alangkah naifnya jika ingin jadi penulis cerita, tetapi miskin selera membaca cerita.
Sedangkan yang bertujuan rekreasi, biasanya mereka membaca karena ingin menghibur diri, atau sekadar mengisi waktu.
Nilai kehidupan bisa berupa nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai pendidikan, nilai kesehatan, nilai kekeluargaan, nilai estetika, nilai etika, dan lain-lain.
Pada penggalan cerita di atas nilai kehidupan yang terkandung adalah nilai kesehatan.

Nah, anak-anak, semoga artikel yang sederhana ini dapat kalian manfaatkan untuk menambah wawasan atau pengetahuan kalian. dan semoga pula tulisan ini menjadi ladang amal untuk saya. karena bersedekah pengetahuan bisa jadi ladang amal yang pahalanya mengalir walau suatu saat saya sudah meninggal sekalipun. Bila perlu silakan di-copypaste saja dengan tetap memegang etika yaitu menyebutkan sumbernya, jangan malu-malu!

Selamat belajar.

U. Nurochmat
SMP Negeri 1 Jakarta

Pada siapa kuberlindung dari ajakan iblis laknat, jika bukan kepada-Mu.... ya, Robb!!!

Kuhormati ketulusanmu, apapun yang akan kau katakan.....

Kamis, 03 Juni 2010

MENAPAK JEJAKMU

oleh: U. Nurochmat

Ibu
Kali ini aku menulis puisi
Untukmu
Bukan untuk dinilai, kau bukan juri
Karena itu, Ibu
Aku mohon Ibu tidak melihat puisi ini bagus atau tidak
Tetapi lihatlah indah apa tidaknya

Ibu puisi ini hanya untuk mengisi acara
Saat Ibu melepas jubah kepala sekolah.
Di saat seperti ini, seharusnya aku sedih … tapi tidak!
Karena langkahmu bukan terusir
Dari pergaulan sosial yang multitafsir
Karena langkahmu bukan kalah
Menghadapi tantangan jaman yang penuh masalah

Ibu puisi ini hanya untuk mengisi acara
Saat Ibu meninggalkan ruang satu
Di saat seperti itu seharusnya aku sedih … tapi tidak!
Karena sepeninggalmu, ruang itu tetap satu
Dan penghuninya tetap nomor satu
Ruang itu akan setia mencatat satu demi satu kiprah Ibu di SMP Satu

Ibu, aku masih ingat kala hati merana
Ibu undang aku satu meja
Ibu usap gundahku dengan bijaksana
Ibu tuntun galau hatiku penuh kasih dan makna
Aku yakin juga pada yang lain

Ibu sambut bila aku manja
Ibu rengkuh bila aku rapuh
Ibu gapai bila aku capai
Ibu tersenyum bila aku melamun
Ibu bahagia saat aku ceria
Dan Ibu bangga bila aku berjaya

Namun
Ibu tidak marah bila aku nakal
Ibu hanya menunjukkan ke mana arah yang kekal
Ibu tidak melawan bila aku marah
Ibu hanya menasehati tentang hidup yang tabah
Ibu tidak mentang-mentang bila aku terlambat datang
Ibu tidak meradang bila aku tidak datang
Ibu hanya sirami kami dengan kesabaran yang matang

Ibu, maaf, aku tidak ingin memuji-mujimu
Karena segala puji untuk Yang Maha Terpuji
Aku juga tidak akan memuja
Karena segala puja bagi Rosul kita
Lagi pun walau tak dibesar-besarkan, Ibu sudah cukup besar
Karena itu aku tak akan menyebut-nyebut jasamu
Tabu bagiku!!!
Apa lagi di tempat umum seperti ini
Aku takut mereka takjub padamu
Aku tak ingin menyebut kalau Ibulah yang meng-ISO-kan SMP satu
Aku tak ingin menyebut kalau Ibulah yang meng-RSBI-kan SMP satu
Aku tak ingin menyebut kalau Ibulah yang meng-IT-kan SMP satu
Dan seabrek prestasimu di SMP Negeri ini.
Tidak akan … biarlah aku sendiri yang tahu.

Ibu aku tulis kata-kata ini untukmu
Siapa tahu bisa dijadikan bekal di perjalananmu
Karena aku tahu perjalananmu kian mendaki
Dan entah berapa kapan kita bisa sesawah bersama lagi
Sekebun berladang merumputi gulma bangsa
Dan entah berapa masa lagi kita bisa bertukar wawas
Seperahu mengarung gelombang jaman
Entahlah …

Aku berdoa semoga di tempat baru
Engkau tetap jadi pembaharu
Dalam semangat yang menderu
Jadikan kinerja bagai rekreasi seru

Aku kan selalu meneladani semangatmu
Dalam berkiprah menggali potensi memacu prestasi
Aku kan selalu menapak urai jejakmu
Dalam berjuang mengentas mutu menatar tradisi

Tuhan
Aku bersaksi di hadapanmu
Bila Ruliah Lestari adalah sosok panutan
Penyuluh kami di kala lemah
Penyantun kami di kala resah
Penopang kami di kala rebah
Pendorong kami di kala lelah

Tuhan
Berikan umur panjang baginya
Agar bisa menyaksi SMP Satu kan terus bertaji
Mengejawantahkan harapannya
Melunaskan hasrat yang terjanji

Ibu
Kumasih ingat suara terompahmu
Saat Isya bersama, ya, di mesjid kebanggaan kita
Leleh keringatmu belum lagi kering
Suara sangar menikamkan fitnah di wajah
Tapi tak perlu berpaling bila langkahmu
Telah melewati ujian dan klarifikasi
Aku yakin fitrahmu takan pupus
Hanya dihujah seekor musang
Karena kau adalah singa betina
Yang tahu di mana kau berpijak
Dan untuk siapa kau bijak
Pada Tuhanlah tentu

Ibu kumenapak jejakmu.
Selamat karena kau tak salah memilih profesi
Kau berhasil mengukir prestasi
Dalam pengabdian yang penuh kreasi dan inovasi
Sejarah di sini, ya, di SMP 1 terus menyaksi
Bila orang nomor satu terus berotasi

Ibu kumenapak jejakmu.


Jakarta, 14 Februari 2010
Ujang Nurochmat