Selamat Datang

Sabtu, 18 Oktober 2014

31. Chairil Anwar

DERAI DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah.


32. Abdul Hadi WM

RAMA-RAMA

rama-rama, aku ingin rasamu yang hangat
meraba cahaya
terbanglah jangan ke bunga, tapi ke laut
menjelmalah kembang di karang

rama-rama, aku ingin rasamu yang hangat
di rambutmu jari-jari matahari yang dingin
kadang mengembuni mata, kadang pikiran
melimpahinya dengan salju dan hutan yang lebat.


33. Joko Pinurbo

LUKISAN BERWARNA
 
untuk Andreas dan Dorothea

Hujan beratus warna
tumpah di hamparan kanvas senja.

Pohon-pohon bersorak gembira
sebab dari ranting-rantingnya yang sakit
kuncup jua daun-daun beratus warna.

Burung-burung bernyanyi riang,
terbang riuh dari dahan ke dahan
dengan sayap beratus warna.

Dua malaikat kecil menganyam cahaya,
membentangkan bianglala
di bawah langit beratus warna.

Airmata beratus warna kautumpahkan
ke celah-celah sunyi
yang belum sempat tersentuh warna.


34. U. Nurochmat



TAMU DARI KOTA

Selamat sore ... Senja!
Sebentar aku seka dulu keringatku
Sudah lama menunggu?
Bawa kabar apa dari kota?
Bagaimana jalan rayanya masih hiruk pikuk
oleh kedustaan dan pura-pura?
Sudah kau apakan bibit-bibit tabulapot
yang kuserahkan?
... Atau jangan-jangan
sudah mati kena hama glamor pergaulan
Lalu kau ganti dengan pohon plastik
yang lebih rindang
Maaf ... aku terus bertanya
ga terasa malam telah tiba..

35. U. Nurochmat


TAK LAGI

Kakek tua penjaga masa
Kerut kulit wajahmu
Menyusun luka duka
Memeluk suka cita

Kakek tua penunggu waktu
Kini tinggallah desahmu
Tak lagi bisa berkarya
Memikul dagangan,
Mencangkul ladang

O, masa lalumu telah berlalu
Tinggalkan kenangan manis dan tangis
Maka pupuslah sesalmu
Tak ada guna kau ratapi.

36. Sapardi Joko Damono

PADA SUATU HARI NANTI

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari.