Selamat Datang

Rabu, 04 Februari 2015

Membandingkan Novel Angkatan 20 dan 30

Sinopsis Novel Siti Nurbaya : Kasih Tak Sampai

Penulis: Marah Rusli
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama terbit: 1922 
Jumlah Halaman: 291 
Novel ini boleh jadi merupakan salah satu karya terbesar anak bangsa bahkan sampai saat ini. Harus diakui bahwa Marah Rusli telah menyusupkan karyanya bahkan ke dalam sistem budaya bangsa Indonesia. Anda tentu mengerti jika orang-orang berkata “Jangan seperti Sitti Nurbaya” atau “Aku bukan Sitti Nurbaya”. Tokoh Sitti Nurbaya juga kisahnya memang melekat erat dalam benak masyarakat Indonesia. Ia seolah menjadi simbol abadi kasih yang terpaksa, kasih yang tak sampai, kasih yang penuh pertentangan keluarga. Pernah membaca novel apik ini? 
Patut disayangkan jika Anda belum pernah melahap abjad demi abjad dalam buku ini. Kisahnya klasik memang, tentang cinta remaja tokoh Sitti Nurbaya dengan seorang pemuda minang bernama Samsulbahri. Sitti Nurbaya sendiri merupakan anak dari seorang bangsawan Baginda Sulaiman sementara itu Samsulbahri adalah anak pembesar bernama Sutan Mahmud Syah. Mereka saling mencintai diam-diam. Pengakuan baru muncul saat Samsulbahri hendak pergi ke Batavia untuk menuntut ilmu. Mereka menghabiskan waktu lama berdua di perbukitan dan saat hendak berpisah Samsulbahri mencium Sitti Nurbaya di depan rumahnya. Hal ini tertangkap oleh ayah Sitti Nurbaya yang seketika berang. Demikian pula dengan masyarakat sekitar. Samsulbahri kemudian dikejar dan keluar dari Padang menuju Batavia. 
Tokoh lainnya bernama Datuk Maringgih. Ia seorang yang terpandang di desanya. Bahkan merupakan saingan ayah Siti Nurbaya, Baginda Sulaiman. Datuk Maringgih menyimpan rasa dengki atas keberhasilan bisnis Ayah Sitti Nurbaya. Ia kemudian berbuat hal jahat menjatuhkan usaha Baginda Sulaiman dan membuatnya bangkrut tak berdaya. Tak berhenti sampai di situ, Datuk Maringgih juga membuat ayah Sitti Nurbaya berutang banyak padanya. Saat Datuk Maringgih datang memaksa keluarga Sitti Nurbaya membayar utang, ia kemudian menawarkan diri untuk menikah dengan sang Datuk asalkan semua utang ayahnya dianggap lunas tanpa sisa. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Datuk Maringgih menerima penawaran tersebut. 
Sitti Nurbaya dan Datuk Maringgih akhirnya menikah jua, namun karena perlakuan sang suami yang dianggap kasar, akhirnya Sitti Nurbaya lari ke Batavia dan bertemu dengan Samsulbahri di sana. Mereka kembali jatuh cinta sampai suatu saat Siti Nurbaya menerima surat dari desa yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal. Ia akhirnya kembali ke Padang dan meninggal di sana akibat keracunan kue yang diberikan oleh Datuk Maringgih. Samsulbahri sangat terpukul dan mencoba bunuh diri tetapi tak bisa. Pada akhirnya, di suatu kesempatan, ia berhasil membalaskan dendamnya.
Menurut bebrapa pengamat sastra, novel ini tidak menggunakan gaya penuturan Marah Rusli yang sebenarnya sebab pada jaman tersebut semua penulis yang bukunya hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka harus mematuhi “gaya” yang telah mereka tetapkan. Meski demikian, pemilihan kata Marah Rusli dalam novel ini sangat memikat meski ia terkesan memilih bahasa yang aman. Dalam novel ini, ia juga banyak menggunakan pantun untuk menyampaikan persaan, salah satunya adalah: 
“Padang Panjang dilingkari bukit, 
bukit dilingkari kayu jati, 
Kasih sayang bukan sedikit
dari mulut sampai ke hati”
Novel ini secara keseluruhan sangat cerdas. Ada pengaruh budaya Eropa di dalamnya yang memang kuat bercokol pada diri Marah Rusli, tetapi tidak mengurangi keluwesan dalam bercerita. Sinopsis Novel Sitti Nurbaya ini disusun agar Anda jatuh cinta dan mau membaca novelnya utuh. Selamat berburu novel ya!


Sinopsis Novel Layar Terkembang

Penulis: Sutan Takdir Alisjahbana 
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama terbit: 1937
Jumlah Halaman: 139



Novel ini merupakan salah satu karya terbaik anak negeri. Ia merupakan gerbang menuju dunia sastra yang modern. Bagi sebagian orang, novel ini bahkan dianggap sebagai saski sejarah berkembangnya Bahasa Indonesia dan juga pergolakan pemikiran menuju keterbukaan utamanya bagaimana memandang wanita dalan strata sosial masyarakat Indonesia. Novel ini memang menceritakan dua orang wanita yang bertalian darah, bernama Tuti dan Maria. Mereka kakak beradik, wanita yang menjadi simbol “kemerdekaan” di jamannya. Novel ini termasuk pembaharu sebab pada tahun 1936, wanita masih dikungkung oleh budaya dan stigma dalam kehidupan sosial. Novel ini berusaha mendobrak hal tersebut melalui sastra. 
Kisah Tuti dan Maria merupakan cerminan ide kesetaraan gender yang pada masa tersebut dianggap tabu. Sang penulis menggambarkan kedua tokoh dengan baik. Dikisahkan, Tuti dan Maria memiliki perangai yang berbeda. Tuti adalah sang kakak, ia serius juga aktif dalam kegiatan organisasi kewanitaan. Sementara itu, Maria sang adik, memiliki tabiat yang lincah juga ceria. Ia banyak disenangi orang-orang. Di dalam kehidupan dua gadis jelita ini, penulis memunculkan seorang tokoh bernama Yusuf, pemuda tampan mahasiswa kedokteran yang di kemudian hari menjadi kekasih dari tokoh Maria.
Bagaimana reaksi Tuti dengan percintaan Maria? Tuti juga mendambakan pasangan jiwa seperti adiknya. Hanya saja ia belum mendapatkan seseorang yang benar-benar mengisi. Memang ada yang menaruh hati pada Tuti. Pemuda itu bernama Supomo. Ia baik, terpelajar juga berbudi luhur. Namun Tuti tidak merasakan apa-apa pada jejaka tersebut. Ia menolak keinginan hati Supomo dan menenggelamkan dirinya dalam kesibukan organisasi. Seiring perkembangan waktu, hubungan Maria dan Yusuf semakin intim. Bahkan kedua keluarga telah sepakat untuk mengadakan pertunangan. Namun, sedihnya, sebab menjelang pernikahan Maria terkena penyakit dan pada akhirnya ia meninggal. Sebelum menghembuskan nafas, ia berpesan agar Yusuf menikahi kakaknya, Tuti.
Kisah ini sedikit janggal memang jika ditelaah. Sebab, bagaimana mungkin tokoh Yusuf dengan mudahnya berpindah hati pada tokoh Tuti setelah kekasihnya Maria meninggal dunia. Terlebih perangai Tuti sangat jauh berbeda dengan Maria. Ia cenderung serius, pendiam dan kaku. Watak demikian, dalam dunia nyata, tentu sukar untuk dicintai. Namun, dalam kurun waktu singkat, Yusuf dan Tuti menjadi pasangan yang saling mencinta. Meski agak janggal, namun novel ini tetap layak dianggap sebagai pembaharu yang menyampaikan gagasan keterbukaan pada masyarakat mengenai bagaimana sebenarnya posisi wanita dalam lingkup sosial.
Novel ini sangat layak dibaca. Tangan dingin sang penulis membuat kisah cinta di dalamnya menarik untuk dibaca. Pemilihan kata penulis juga patut disimak terlebih bagi mereka yang mencintai dunia sastra.Sinopsis Novel Layar Terkembang ini hanya menyajikan sepotong kisah. Jika Anda tertarik dengan detil cerita, silahkan baca bukunya secara utuh ya. Selamat membaca.






Sumber:

Selasa, 03 Februari 2015

SANDIWARA CINTA-Revblik

SANDIWARA CINTA – Revblik

[intro] C D G  Am D 

      G        D/F#      Em 
aku tahu ini semua tak adil 
      Am                 D 
aku tahu ini sudah terjadi 
           G       D/F#        Em 
mau bilang apa aku pun tak sanggup 
         Am                  D 
air mata pun tak lagi mau menetes 

      G         D/F#      Em 
alasannya seringkali ku dengar 
      Am                   D 
alasannya seringkali kau ucap 
          G          D/F#      Em 
kau dengannya seakan ku tak tahu 
          Am                     D         G 
sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku 

[chorus] 
           C      D          G 
jujurlah sayang aku tak mengapa 
        Am    D             G 
biar semua jelas telah berbeda 
         C      D            Em 
jika nanti aku yang harus pergi 
       Am   D           G 
kuterima walau sakit hati 

          G            D/F#   Em 
mungkin ini jalan yang engkau mau 
         Am                     D 
mungkin ini jalan yang kauinginkan 
          G          D/F#     Em 
kaudengannya seakan ku tak tahu 
          Am  G C 
sandiwara apa  
          Am  G C 
ceritanya apa 
       D 
aku tahu 

[chorus] 
           C      D          G 
jujurlah sayang aku tak mengapa 
        Am    D             G 
biar semua jelas telah berbeda 
         C      D            Em 
jika nanti aku yang harus pergi 
       Am   D           G 
kuterima walau sakit hati 

[solo] C D G 
       Am D G 

[chorus] 
           C      D          G 
jujurlah sayang aku tak mengapa 
        Am    D             G 
biar semua jelas telah berbeda 
         C      D         ][poiuytrewq              Em 
jika nanti aku yang harus pergi 
       Am   D           G 
kuterima walau sakit hati 
       Am   D           G 
kuterima walau sakit hati