Selamat Datang

Sabtu, 07 Mei 2016

KISI-KISI UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA 2016






Puisi Menyorong Rembulan

MENYORONG REMBULAN

Gerhana rembulan hampir total
Malam gelap gulita
Matahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan
Cahaya matahari yang memancar ke rembulan
Tidak sampai ke permukaan rembulan karena ditutupi oleh bumi
Sehingga rembulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi

Matahari adalah lambang Tuhan
Cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi
Yang semestinya dipantulkan oleh rembulan

Rembulan adalah para kekasih Alloh
Para Rasul, para Nabi, para ulama, para cerdik cendikia
Para pujangga, dan siapapun saja yang memantulkan cahaya matahari
atau nilai-nilai Alloh untuk mendayagunakannya di bumi

Karena bumi menutupi cahaya matahari
Maka malam gelap gulita
Dan di dalam kegelapan
Segala yang buruk terjadi
Orang tidak bisa menatap orang lain secara jelas
Orang menyangka kepala adalah kaki
Orang menyangka utara adalah selatan
Orang bertabrakan satu sama lain
Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain
Atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain

Di dalam kegelapan
Orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah
Akan ke mana melangkah dan bagaimana melangkah?

Ilir ilir … kita memang sudah ngelilir
Kita sudah bangun, sudah bangkit
Bahkan kaki kita sudah berlari ke sana ke mari
Namun akal pikiran kita belum, hati nurani kita belum
Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut
Namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita

Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik!
Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian, kenapa bukan kita yang maling!
Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk bisa menggantikannya!
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan
Yakni melarangnya untuk menyesal dan bertobat!

Kita memperjuangkan anti penggusuran dengan cara menggusur!
Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan
Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana iblis
yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri

Siapakah selain setan, iblis, dan dajjal
Yang menolak husnul khotimah manusia
Yang memblokade pintu sorga yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka?

Sesudah ditindas kita menyiapkan diri untuk menindas!
Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak!
Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan!

Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan
Melainkan asyiknya perpecahan!
Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan
Tapi menggelegaknya kecurigaan!
Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan
Melainkan prasangka dan fitnah!
Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka
Melainkan rencana-rencana panjang menyelenggarakan perang saudara!

Yang kita kembangsuburkan adalah kebiasaan memakan bangkai
Saudara-saudara kita sendiri
Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta
Melainkan mempersempit dunia kita sendiri
Dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati

Pilihanku dan pilihanmu adalah
Apakah akan menjadi bumi yang mempergelap cahaya matahari
Sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapatkan cahayanya
Atau kita berfungsi menjadi rembulan
Kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat
Agar bisa kita dapatkan sinar matahari
Dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itu kembali ke bumi



(Emha Ainun Nadjib)

Minggu, 01 Mei 2016

GUGUR karya W.R. RENDRA



GUGUR
oleh: W.S. Rendra


Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya

Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta.
Kita bukanlah anak jadah
karna kita punya bumi kecintaan
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa

Ia adalah bumi nenek moyang
Ia adalah bumi waris yang sekarang
Ia adalah bumi waris yang akan datang

hari pun lengkap malam
Bumi berpeluh dan terbakar
karna api menyala di kota Ambarawa.

Orang tua itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
maka ia pun berkata:
- Alangkah gemburnya tanah di sini!"

Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya