KAMI TAK PERLU BERTANYA LAGI
U. Nuruochmat
Kami tak perlu kaget lagi
Ketika empat lelaki
Mengusung serpihan daging orang mati
Korban ledakan bom peradaban keji.
Kami tak perlu menangis lagi
Bila sore nanti iring-iringan peti jenazah
Menuju kuburan di ujung kota
Melintasi hati yang kian sepi
Kami hanya bisa menyapa
Lewat kaca-kaca buram
Atau jendela
Pada anak-anak remaja
Yang membawa batu, katapel, atau senjata
Dan sorot mata yang lelah
Tetap membalas
Dengan seruan nama Tuhan
“Semoga kau besok lewat kembali, Nak!”
Karena entah berapa entah
Remaja-remaja itu
Beberapa hari yang lalu
Beberapa minggu yang lalu
Bulan
Tahun
Puluhan tahun
Pulang diusung teman-teman yang masih bertahan
Berselimut bendera kebangsaan
Dengan wajah tenang
Kami tak perlu menghitung lagi
Beberapa generasi kami yang sahid
Suami, anak, keponakan, kakak,
Adik, mertua, istri, cucu, tetangga
Dan entah berapa entah
Kami harus terus menyaksi
Barisan batu nisan di hari-hari nanti
Kami tak perlu bertanya lagi.
September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar