Selamat Datang

Minggu, 01 Mei 2016

GUGUR karya W.R. RENDRA



GUGUR
oleh: W.S. Rendra


Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya

Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta.
Kita bukanlah anak jadah
karna kita punya bumi kecintaan
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa

Ia adalah bumi nenek moyang
Ia adalah bumi waris yang sekarang
Ia adalah bumi waris yang akan datang

hari pun lengkap malam
Bumi berpeluh dan terbakar
karna api menyala di kota Ambarawa.

Orang tua itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
maka ia pun berkata:
- Alangkah gemburnya tanah di sini!"

Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya


Tidak ada komentar: