Selamat Datang

Minggu, 15 Oktober 2017

Kata Pengantar Buku Kawin Perak

Romantika Kawin Perak
DIRO ARITONANG
Presiden HaikuKu Indonesia


Puisi adalah apa kata hati, keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Puisi dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ungkapan eksistensi manusia dalam kehidupannya, baik cinta dan kematian.
Lewat puisi manusia membawa kita kepada pemahaman atas nilai-nilai kehidupan dengan melibatkan kita untuk menyingkap keberadaan alam kehidupan ini dengan penciptanya. Puisi dapat mengkomunikasikan semua itu dengan Tuhan sebagai penciptanya.
Membaca buku Sepilihan Puisi “Kawin Perak” karya Ujang Nurochmat ini, kita dibawa larut dalam perjalanan memorial yang panjang selama 25 tahun, sejak ia mengucapkan “Ijab Kabul”:


Dengan bismillah
Kupetik kuntum bunga merekah
Mentari lembut merengkuh
Yang hangat melepas sauh
Bahtera cinta atas nama Sang Maha


Ungkapan puitik ini lahir pada Senin, 5 Oktober 1992 Pukul 10.00 di Jakarta hingga pada puisi terakhirnya “Kado Ulah Tahun” perkawinan peraknya selam 25 tahun:

Saatnya tak dapat kupungkiri
perasaan malu karena tak mampu
membungkus kado sepertimu
Sering coba kubungkus gairah
Seperti caramu melingkarkan lengan
Di leher dan bahuku

Sampai aku lupa sebait syair
Yang kusiapkan sejak subuh
Sebagai rasa terima kasih pada
Gayamu menghargai pengalamanku

-- Mau diulang?
+ Ini ulang tahunmu.
-- Aku sudah tua!
+ Kau perkasa.

Pucuk-pucuk suji menari pagi hari.



Ditulisnya puisi tersebut di kamar kita, Mentengjaya, Jakarta, 27 Juli 2017. Dapat dibayangkan puisi-puisi ini bak berbagai macam bunga yang tumbuh di halaman hati penyair yang diberikan pada istrinya tercinta Irmawati.
Jelas puisi pernikahan “Kawin Perak” ini identik dengan kebahagiaan. Ruang kebahagiaan yang sedang dialami oleh sepasang insan yang telah menempuh liku-liku kehidupan perkawinannya yang kaya suasana romantis.
Puisi-puisi jenis ini sudah banyak diciptakan para penyair besar, seperti puisi-puisi Kahlil Gibran dalam “On Marriage”, Juga WS Rendra dalam “4 Kumpulan Sajak”, Puisi-puisi Arifin C. Noer Buat Jajang dan banyak lagi penyair yang menulis romantika percintaan dan perkawinannya.
Menikah adalah dambaan setiap pasangan yang dimabuk asmara. Betapa tidak, pernikahan adalah pintu menuju kebersamaan yang halal secara agama serta resmi secara legal pemerintah. Ketika seseorang menikah, maka dari norma apapun, jiwa raga telah menjadi milik pasangan pengantin tersebut. Namun dalam perjalanan pernikahan tentu ada saja pertengkaran dan kesalahpahaman, namun semua itu bisa diatasi dengan saling pengertian dan rasa cinta yang mendalam di antara pasangan. Ujang Nurochmat menangkap dalam pemaknaan setiap liku-liku perjalanannya, seperti salah satu puisinya yang ditulis di Bromo, Malang:

KISAH KITA

Bromo memang memesona
Indahnya mengusik tanya
Mata pun berkaca-kaca
Seakan dalam pelukan nirwana

Aku takan membiarkan malam
menyekap mimpimu dalam gigil sunyi
aku di sampingmu seperti
hamparan pasir mengirim desir angin
pada hangat magmamu

Aku di sini menaksir-naksir
Gaya Tuhan menciptakanmu
Dengan pasir berbisiknya
Dengan bukit menyuburnya
Dengan kelebat anginnya

Aku di sini bersamamu, Kekasih
Mereka-reka kisah kita
Tentang gelegak magma
Atau semburat merah merona
Saat fajar nyatakan cinta

Sepilihan Puisi “Kawin Perak” karya Ujang Nurochmat ini sangat menarik untuk dibaca, yang akan menjadi hikmah bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan kita berkeluarga, yang bisa bertahan selama 25 tahun yang sarat romantika bukanlah perjalanan yang mudah. Ini akan menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalankan realitas kehidupan ini. Semoga buku puisi ini akan bermanfaat bagi kita semua.


Akhir Agustus 2017



Bumi Adipra, Kota Bandung

Tidak ada komentar: